cermin ada di kamar-kamar pribadi setiap orang.
di hari-hari yang penuh penat dan pegal-pegal, melihat diri sendiri di depan kaca terkadang menjadi saat-saat yang paling berbahagia. pengakuan pribadi? betul sebetulnya..
melihat diri sendiri menjadi sangat berharga karena pada waktu itulah kita melihat betul-betul jerawat-jerawat yang sedang memerah dan akan pecah, pori-pori yang membesar akibat kepanasan, rambut yang tidak begitu indah (tapi indah saja karena hanya ada kita di cermin itu), muka yang overrated (this one is good, hey?haha).
kalau saja lidah kita panjang, pada saat inilah waktu yang tepat untuk menjilati diri sendiri sebasah-basahnya. haha.
melihat cermin adalah saat-saat yang jujur dengan seada-adanya.
tapi selalu ada ketakutan di balik menjadi "telanjang". mengetahui cacat fisik dan mental yang ada di diri tidak pernah menjadi saat-saat yang menyenangkan. ada insecurity yang hebat disitu. selalu. bisa saja terlalu asik melihat indah sehingga tidak melihat cacat. dan versi versa.
ada juga keraguan. bahwa dengan cermin, kita menjadi 2 individu yang saling berhadapan dan saling menunjuk. 2 individu yang sama-sama berbicara. sama-sama buka mulut dan sama-sama tertawa.
ketakutan itu akan selalu ada.
tapi yang ada sekarang adalah melihat cermin menjadi saat yang paling menyenangkan dan berharga setiap kali melakukannya. ketakutan dan keraguan yang ada setiap kali menjadi tipis karena keyakinan datang seperti kucing malas yang datang ke majikannya. dengan cermin, 2 individu itu akan sama-sama berbicara dan sama-sama mendengarkan, sama melihat satu sama lain. sama-sama melihat hal yang sama. saling bersentuhan.
keyakinan selalu ada. pasti. tapi, mungkin ia datang seperti wombat* (dee lestari), pelan-pelan tapi (insyaAllah) pasti.
Thursday, May 24, 2007
Subscribe to:
Posts (Atom)